c hapter 02: Senku Soda

    "Senku-chan bodoh..."
    Ejekan Gen kemarin tidak bisa lepas dari kepala Senku. Sang kepala desa yang kini ikut membantu kelompok pengumpul kayu bakar tidak bisa melepaskan pandangannya dari lelaki kurus bersurai ombre. Entah kenapa, akhir-akhir ini Gen menjadi beban pikirannya. Semenjak si mentalist itu mengunggapkan perasaannya.

    Oh....Mungkin yang sekarang di rasakannya adalah perasaan bersalah.

    Sebagai teman, Senku ingin Gen bahagia. Sayangnya ia tidak sanggup untuk menerima perasaan lelaki tersebut, lebih tepatnya ia merasa tak pantas mendapatkan perasaan tersebut. Dia hanyalah remaja yang menggilai Sains, dia tidak punya kekuatan untuk melindungi seseorang. Seperti yang di katakan Tsukasa. Keinginannya untuk membangkitkan perabadan hanyalah keegoisannya. Dia sama sekali tidak memiliki rencana untuk membangun bumi lebih baik atau rencana apapun yang bisa membuat orang-orang seperti dirinya dan orang-orang seperti Tsukasa puas.

"Oi Senku!" seru Chrome dari kejauhan. Senku menoleh dan melambaikan tangannya. Chrome mendatanginya, mendempetnya dan berbisik. "Apa kau sadar kalau akhir-akhir ini Gen menjauhimu?" tanyanya si selingi mereka berdua melirik ke arah orang yang di bicarakan.

Senku mengerutkan dahinya. "Tentu saja aku menyadarinya," jawabnya lirih.

"Jangan bilang kalau kalian berdua bertengkar?" Chrome memasang wajah prihatin. "Masa kau masih kesal dengan hasil permainan poker tempo hari?"

"Iya enggak lah," jawab Senku kesal. "Kau kira orang seperti apa aku ini?" 

"Lalu? Apa yang terjadi denganmu dan Gen kali ini?" tanya Chrome bersi keras. Senku merasa dirinya sedang di wawancarai saja.

"Mana kutahu," jawabnya setengah berbohong. Senku tidak tahu pasti apa yang membuat Gen menjauhinya namun setidaknya dia bisa berasumsi kalau masalah ini ada hubungannya dengan kenyataan dirinya yang pernah menolak perasaan sang mentalist.     

"Kalian berdua jangan malas-malasan!" teriak Magma dari kejauhan. "Hanya karena kegiatan hari ini tidak ada hubungannya dengan Sains bukan berarti kalian di bolehkan untuk malas-malasan!" Sosok pria bertubuh besarnya semakin mengerikan dengan cara Magma memegang gergaji. Gen ada di sebelahnya bersama Suika, mereka berdua ikut menoleh ke target amukan Magma.

" Hei! Kita sedang dalam pembicaraan penting!" balas Chrome yang nama baiknya tidak mau tercoreng. Senku memukul jidatnya, menurutnya Chrome mengatakan hal yang tidak penting. Bagaimana kalau orang lain jadi penasaran dengan pembicaraan penting yang dimaksudnya?

"Hee~ Kalian sedang membicarakan apa?"

Baru saja kepikiran, Gen malah mendatangi kedua bocah Sains tersebut sambil bertanya pertanyaan yang paling ingin di hindari mereka berdua. Di mata sang mentalist, Chrome dan Senku. Saat ini keduanya bertingkah seperti kedua bocah nakal yang membolos pelajaran yang menurut mereka membosankan.

    Terlihat sangat jelas kalau kedua remaja tersebut tidak mau menjawab pertanyannya. Gen tersenyum simpul. "Kalau kalian punya waktu untuk ngobrol bagaimana kalau kalian membantu Suika-chan dan yang lainnya untuk mengantarkan keranjang-keranjang yang sudah penuh kembali ke desa," katanya. Tidak memaksa Chrome dan Senku untuk menjawab pertanyaan sebelumnya.

    "Baaaik..." jawab Senku dan Chrome bersamaan. Keduanya jalan menyeret, setengah hati melaksanakan tugas.

    Di jalan rombongan pengumpul kayu bakar bertemu dengan Ukyo dan Ryusui. "Di marahin Magma? Payah sekali kalian," olok pemuda bertopi sambil setengah menutup mulutnya, menahan tawa.

    "Kau tidak ada kerjaan lain selain menguping ya?" ketus Senku dengan nada sinis. 

    "Bukannya mau menguping tapi kedengaran tahu," balas Ukyo acuh tak acuh.

    "Memangnya apa saja yang mereka lakukan sampai kena marah?" tanya Ryusui kepada Suika seraya berjongkok untuk menyamakan pandangan dengan gadis kecil tersebut.

    Sebelum Suika bisa menjawab, Chrome tidak sengaja mendahului. "Bagaimana situasi tim pengumpul bahan makanan?" tanyanya.

    "Tsukasa dan tim kekuatan sedang pergi berburu, aku dan Ukyo mau berangkat untuk membantu para nelayan, sementara Kinrou Ginrou mendapatkan tugas untuk mengawasi para pekerja di ladang," jelas Ryusui. "Kita masih punya waktu satu bulan sebelum musim dingin. Setelah kalian selesai dengan pekerjaan masing-masing, Francois sudah menyiapkan makan siang."

    "Baguslah. Dari tadi perutku sudah keroncongan," oceh Senku lalu mulai berjalan duluan, diikuti yang lainnya.

...

    Mereka sampai di desa tepat pada jam 12 siang, batin Senku si manusia jam. Matahari tepat berada. di atas kepala. Mendekati musim dingin cuaca sudah tidak begitu panas. Namun entah kenapa Senku kepikiran untuk membuat Cola. Tidak hanya Gen, anak-anak dan orang-orang dewasa yang tidak kuat minum alkohol menyukai minuman bersoda tersebut. 

    Chrome dan anak-anak lain juga ikut membantu. Dengan panci besar Senku dan Chrome merebus madu sampai mengkristal. Sementara pekerjaan anak-anak di bagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok mengumpulkan perasan jeruk nipis dan mengusap kulitnya, kelompok lainnya memetik daun ketumbar.

Membuat cola adalah salah satu eksperimen Sains yang tidak berbahaya, simpel dan menyenangkan.

Setelah sirup cola selesai dibuat, Senku dan Chrome memasukannya ke dalam gentong dan mengangkatnya masuk kedalam ruang laboratorium.         

Senku dan Chrome mengerjakan sisanya sendirian, mencampurkan sirup cola dengan air karbonisasi dalam takaran tertentu. 

    Setiap kali membuat minuman bersoda tersebut, sosok Gen selalu terlintas dalam bayangannya. Kenapa? Pertanyaan tersebut selalu muncul. Apakah karena minuman ini yang menghubungkan mereka berdua?

    Setelah selesai memproduksi beberapa dus cola, Senku memindah sisa cola yang ada di gelas kimia ke dalam gelas kaca biasa. Yuzuriha yang baru saja masuk ke dalam laboratorium terkejut melihat temannya tersebut meminum langsung cola yang masih belum di masukan dan di segel kedalam botol kaca berlebel Senku Cola 

    "Se-senku!" panggil gadis itu dengan wajah pucat. "A-apa tidak masalah langsung meminumnya begitu saja?" tanyanya.    

    Mendengar pertanyaan tersebut. Senku berkedip beberapa kali, dari wajahnya ia bertanya "Memangnya kenapa?"

    "Kukira sebelum bisa di konsumsi kita harus memasukan cola kedalam botol dulu," jelas Yuzuriha.

    "Aku juga tidak pernah melihatmu minum cola secara langsung seperti itu," tambah Chrome. "Apalagi, kalau bisa diminum langsung seperti itu kenapa kau repot-repot membuat kemasan botol khusus?"

    "Oh..." Senku mulai memahami maksud kawan-kawannya. "Minuman bersoda kalau terus di biarkan di udara terbuka lama kelamaan kandungan CO2 nya akan habis. Kalau tidak segera di minum, ya tinggal air gula, tidak ada sensasi segarnya," terangnya. "Maka karna itu, agar daya simpannya lebih lama kita harus menyegelnya ke dalam kemasan botol. Tidak ada hubungannya dengan aman di konsumsi atau tidaknya."

    Ketiga temannya menghela nafas lega. Benar juga. Mana mungkin Senku meracuni dirinya sendiri.

    "Tapi kalau perkara desain sih," Senku mengambil salah satu botol cola dari dalam dus. Memandangi botol berlebel Senku Cola sambil tersenyum lembut. "Dari awal aku membuat Cola atas keinginan Gen, bisa dikatakan minuman ini adalah hadiah untuknya. Aku tidak suka memberikan hadiah yang setengah-setengah, jadinya untuk totalitas aku mendesain botol ini agar terlihat mirip dengan yang beredar di pasaran modern," jelasnya yang terlihat antusias. Kini ia menyadari alasan di balik ia selalu mengingat sosok Gen setiap kali membuat Cola.

    "Kalau bukan karena dia yang bersikeras. Mungkin di dunia batu ini tidak akan pernah ada cola hahaha...". tambahnya lalu mengembalikan botolnya ke dalam dus. Pemuda itu menoleh ke belakang. "Kenapa kalian?" tanyanya heran. Kedua temannya tersebut melihatnya dengan tatapan aneh.

    Wajah kedua temannya bersemu merah. Entah kenapa tatapan Senku yang melembut ketika membicarakan Gen membuat hati mereka berdebar-debar. Siapa sangka kalau satu botol cola bisa memiliki arti sedalam itu?

    "Aaa..." Yuzuriha melihat ke arah lain. Barusan Senku bertingkah di luar karakternya! begitu batin gadis tersebut. Ia sudah berteman lama dengannya namun baru kali ini ia menyaksikan kelembutan dari karakter seorang Ishigami Senku. "Di musim gugur bukannya paling enak kalau makan ubi bakar?" tanyanya untuk mengalihkan pembicaraan.

    "Oh kalian memanennya?" Dengan mudah perhatian Senku dialihkan, sikapnya yang acuh tak acuh memang tidak pernah berubah. "Kita bisa menikmatinya setelah makan siang..."

    "Hebat sekali huh perkembangan ladang kita!" seru Chrome bersemangat.

    Setelah merapikan ruangan laboratorium. Seluruh penduduk desa sudah kembali dari melaksanakan tugasnya yang langsung di sambut oleh hidangan ramen dan ubi bakar. Berkat keputusan mendadak Gen, desa Ishigami akhirnya mempunyai kesempatan untuk beristirahat sejenak. Sudah lama mereka semua tidak menikmati masa-masa damai seperti ini.

    Selagi Senku menikmati makanannya di sebelah Chrome. Suara pihak ketiga mengintrupsi mereka. "Kudengar kalian kena omel ya?" tanya Kohaku yang lalu seenaknya duduk di antara kedua pemuda tersebut.

    "Jangan bilang Ukyo yang menyebarkannya?" Chrome menekuk alisnya. Bagaimana bisa Kohaku yang di tugaskan berburu di tempat yang jauh sampai tahu tentang kabar memalukan tersebut?

    "Ryusui yang menyebarkannya," jawab Kohaku. "Kalau Ginrou yang kena omel sih aku paham tapi malah kalian yang kena omel..."

    "Nah kita tidak bermaksud untuk membolos tahu..." balas Chrome dengan nada kesal. "Aku cuma berbicara sebentar dengan Senku."

    "Kalian pasti bertingah mencurigakan kan?" Kohaku mengangkat kedua bahunya dengan cuek. "Lalu apa saja yang kalian bicarakan?" Pertanyaan gadis itu terus berdatangan, seperti tidak ada habisnya.

    Senku menghela nafas lelah. Tinggal di desa terpencil seperti ini memang sedikit menyusahkan, tidak seperti di kota besar. Padahal dia sendiri yang berniat mengumpulkan tenaga manusia dan berteman dengan mereka demi membangun kerajaan Sains. Namun karena ruang lingkup sosial yang terlalu sempit—kalau di bandingkan dengan kota-kota di dunia modern—kata privasi seolah telah menghilang dari muka bumi ini.

    "Gen," jawab Senku singkat lalu kembali mengunyah mie nya. "Kita sedang membicarakan Gen," ujarnya lebih jelas setelah menelan makanannya.

    Tidak hanya Kohaku, Chrome juga ikut dibuatnya tercengang. Kiranya si ilmuwan muda ingin menyembunyikan pembicaraan tersebut. Selagi mereka bertiga diam, si empunya nama yang sedari tadi di sebut-sebut menampakan dirinya.

    Gen sama sekali tidak menyadari atmosfer canggung di antara mereka. Perhatian sang mentalist lebih terpaku pada Senku yang hendak meminum kuah ramennya. "Ne Senku-chan," panggil Gen sambil berkacak pinggang di depan pemuda tersebut. "Sudah berapa kali kukatakan untuk merapikan ponimu," ujarnya seraya membungkuk dan menyibakan poni Senku yang panjang agar tidak masuk ke dalam mangkok.

    Senku mengangguk, menurut begitu saja. Seperti yang di katakan Gen, dia selalu ceroboh dalam hal-hal sepele seperti ini. Selama ini Gen selalu memperhatikannya, membuatnya terlalu terbiasa untuk di manja oleh lelaki tersebut.

    "Akhir-akhir ini Senku tidak bersemangat ya?" Suika yang ada di sebelah Gen bertanya. Di balik topeng semangkanya, anak perempuan itu sungguh mencemaskan Senku. Setelah di bahas, pernyataan tersebut membuat teman-temannya yang lain ikut menyadarinya. Akhir-akhir ini Senku sedikit aneh.

    Akhir-akhir ini sang ilmuwan muda tidak banyak berbicara, sering merenung sendirian, dan mungkin hanya perasaan yang lain saja namun teman-temannya merasa akhir-akhir ini Senku menurunkan kewaspadaannya terhadap orang lain.

    Senku dan Gen. Keduanya sama-sama seorang introvert meski tidak dalam satu kategori yang sama. Apabila Gen terlihat ramah dan bahagia di luar sedangkan di dalamnya dia menyembunyikan luka-lukanya, Senku adalah tipe orang yang tidak ingin terlalu mengakrabkan dirinya dengan orang lain.

    Senku selalu menjaga jarak. Tanpa sadar ia membatasi ruang personalnya. Baginya pertemanan di bangun di atas rasa kepercayaan dan saling ketergatungan demi memberikan keuntungan untuk satu sama lain, yang menurutnya seperti itulah sifat alami sosialitas.

    Ia menyayangi, mempercayai, dan menghormati teman-temannya dan di saat yang sama ia tidak membiarkan satu orang pun mendekati ruang personalnya. Tembok yang di buatnya terkadang membuatnya tekesan dingin dan cuek.

    Kepintaran dan kepercayaan dirinya adalah poin plusnya, orang-orang mengagumi kepribadiannya tersebut, tentu saja dia tidak mau kehilangan dua poin plusnya. Maka karna itulah, ia tidak sudi terbawa emosi dan perasaan bernama cinta, yang menurutnya hanya buang-buang waktu dan bisa menganggu pikirannya.

    Lalu di sinilah dia, terjebak bersama pria bernama Asagiri Gen. Entah bagaimana Gen selalu berhasil mendapatkan perhatian darinya. Meski begitu Senku menolaknya dan dengan bodohnya sekarang ia mulai menyesalinya.

    Ishigami Senku sama sekali tidak memahami perasaan yang di sebut-sebut sebagai cinta. Jujur saja ia tidak pernah mengalaminya, dia tidak mau mengalaminya. Ketika Gen mengungkapkan perasaannya, ia menjadi ragu.

    Apakah perasaan yang di bawanya saat ini sama dengan perasaan yang di miliki Gen terhadapnya?

    Tanpa sadar Senku terlalu lama menatapi Gen. Pria di hadapannya itu bersemu merah muda, tidak berani mengatakan apapun. Sedangkan teman-temannya yang lain duduk manis, menanti jawaban dari apa yang sedang terjadi di antara mereka berdua.

    "Tentu saja aku tidak bersemangat," ujar Senku setelah berhenti menatap Gen. "Barang-barang ciptaanku jadi tidak terpakai...." lanjutnya membahas tentang GPS manualnya.

    "Bagimu waktu berjalan sangat lambat huh Senku-chan?" Gen tersenyum tipis. Akhirnya Senku kembali normal, begitu kata batinnya. "Stamina anak muda memang tidak ada habisnya ya..."

    "Gen umurmu tidak begitu beda jauh dengan kita semua," tukas Kohaku sambil memutar bola matanya dengan malas. Chrome dan Suika menertawakannya.

   

To be continue..........

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top